Sabtu, 05 Oktober 2013

Askep Vulnus



  

LAPORAN PENDAHULUAN
VULNUS LACERATUM
KONSEP MEDIS
A.      DEFENISI
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan.
Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Simple, bila hanya melibatkan kulit.
2.      Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya
karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lal
lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera
B.      Etiologi.
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
a)      Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.
b)      Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
c)      Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
d)      Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya.
C.      Patofisiologi.
Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet          ( vulnus excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.

D.      Tanda dan Gejala.
Tanda-tanda umum adalah syok dan syndroma remuk ( cris syndroma ), dan tanda-tanda lokal adalah biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak sadar.
Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-otot pada daerah yang luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut “lower Nepron / Neprosis”, tandanya urine berwarna merah, disuria hingga anuria dan ureum darah meningkat.

E.      Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit, pada pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel darah merah yang banyak dalam sedimen urine menunjukan adanya trauma pada saluran kencing, jika kadar amilase 100 unit dalam 100 mll, cairan intra abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali.












KONSEP KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
Doenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus laseratum di perlukan data-data sebagai berikut:
Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang gerak, perubahan aktifitas.
Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.
Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.
integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah cidera , kemerah-merahan.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa tidur.
Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.


B.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1.      Nyeri Berhubungan Dengan  adanya luka.
2.      Gangguan pola tidur Berhubungan  Dengan  nyeri.
3.      Keterbatasan aktifitas Berhubungan dengan kelemahan otot.
C.      Intervensi
Nyeri Berhubungan Dengan  adanya luka.
a.      Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri.
b.      Alihkan persepsi px terhadap rasa nyeri.
c.       Monitor TTV.
Gangguan pola tidur Berhubungan  Dengan  nyeri.
a.         Monitor TTV.
b.         Atur posisi px senyaman mungkin.
Keterbatasan aktifitas Berhubungan dengan kelemahan otot.
a.       Bantu px untuk melakukan aktifitas.
b.      Anjurkan px untuk melakukan latihan ROM.
c.       Libatkan keluarga px dalam pemenuhan aktifitas.